Bismillah,.
Halo sahabat semua. Materi kali ini sangat penting. Harapan Saya bagi teman – teman semua baca pelan-pelan pahami, atau kalau perlu baca beberapa kali.
Materi yang akan Saya bagikan malam ini akan menjawab 2 pertanyaan :
1. Seperti hubungan ideal suami istri yang sahabat pahami ?
2. Akar masalah utama dalam rumah tangga ?
Di materi ini Kami akan bagikan tentang satu hal yang jauh lebih penting dan lebih utama dari komunikasi, saling memahami, saling terbuka ,saling mengerti dan seterusnya. Yang mana jika hal ini diterapkan akan menjadi pondasi awal kehidupan rumah tangga yang baik. Tapi ketika hal ini ditinggalkan akan menjadi awal kerusakan rumah tangga.
Apa itu ?
Jawabannya adalah
Memahami, meyakini dan menjalankan bahwa peran suami adalah sebagai pemimpin dan istri adalah taat pada pemimpinnya
Hubungan rumah tangga yang ideal adalah dimana suami menjalankan peran kepemimpinannya dengan baik dan istri mentaati suami dengan baik. Akar masalah dari semua permasalahan rumah tangga adalah ketika salah satu pihak atau kedua – duanya tidak menjalankan perannya dengan baik. Atau malah kebalik, istri yang menjadi pemimpin dan suami yang taat dan patuh pada istri (ini yang tanpa disadari banyak terjadi saat ini).
Bagaimana detailnya peran kepemimpinan suami dan peran istri?
Detail jawaban ini ada di surah Annisa ayat 34 , surah Annisa 34 ini pondasi hubungan rumah tangga suami istri. Surah Annisa ayat 34 ini menjelaskan secara sederhana, ringkas, padat apa kenapa suami menjadi pemimpin, tugas suami dan apa tugas istri.
Untuk itu ayo kita bahas satu per satu dengan lebih detail 2 poin utamanya :
1. Peran Utama Kepemimpinan Suami
2. Peran Utama Istri
Untuk malam ini kita akan bahas terlebih dahulu khusus untuk Peran Utama Kepemimpinan Suami , meskipun materi ini untuk laki-laki tapi wanita tetap wajib membaca dan memahaminya.
1. Peran Utama Kepemimpinan Suami
Kenapa sih harus laki-laki yang jadi pemimpin ?
Kenapa tidak setara saja, sama-sama gitu. Jadi sama – sama enak ?
Kalau laki-lakinya dibawah wanita secara pendidikan, pemahaman agama, status ekonomi bagaimana ?
Kalau laki-lakinya bermasalah bagaimana ?
Kalau laki-lakinya tidak mau memimpin dan dia menyerahkan segalanya istri saja yang atur dalam rumah tangga bagaimana?
Kalau laki-laki jadi pemimpin apa dia tidak egois ?
Mungkin pertanyaan – pertanyaan seperti diatas ada terlintas dipikiran sahabat semua.
Untuk menjawabnya kita lihat surah Annisa ayat 34 bagian awalnya, yang artinya :
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi Kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa maksud dari Laki –laki pemimpin bagi kaum wanita adalah laki-laki yang bertanggung jawab terhadap kaum wanita, dalam arti pemimpin, kepala, hakim dan pendidik para wanita ketika mereka menyimpang. Sementara maksud dari ayat Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) adalah Laki – laki itu lebih utama daripada wanita, dan lebih baik dari mereka (wanita)
Untuk ayat Dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka maksudnya adalah harta yang diberikan berupa mahar, nafkah dan berbagai tanggung jawab yang diwajibkan Allah kepada mereka dalam Alquran dan Sunnah Nabi Saw. Maka laki-laki lebih utama dalam hal jiwanya.
Laki – laki pun memiliki keutamaan dan kelebihan lain, sehingga tepat untuk menjadi penanggung jawab atas wanita. Hal ini juga dikuatkan dalam firman Allah Swt Surah Al – Baqarah ayat 228 yang artinya :
Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya
Sampai disini tentu kita sudah paham ya bahwa laki – laki memiliki kelebihan dari wanita makanya ia menjadi pemimpin.
Sekarang kita akan bahas apa saja peran – peran yang lebih spesifik yang harus dilakukan oleh laki-laki dalam menjalankan tugas kemimpinannya.
Pertama : Memperlakukan yang dipimpinnya dengan adab serta akhlak yang baik
Pemimpin yang baik tentu memiliki adab serta akhlak yang baik, pemimpin yang baik tentunya yang bisa memperlakukan istri dan anak – anaknya dengan akhlak dan adab yang baik. Orang – orang sekuler yang mengkampanyekan ide kesetaraan antara laki-laki dan wanita mengatakan bahwa kalau laki-laki yang jadi pemimpin maka wanitanya akan tertindas, akan diinjak, menderita dan seterusnya. Tentu ini keliru.
Allah Swt berfirman dalam surah An- Nisa ayat 19 yang artinya
Dan pergaulilah istrimu dengan (perlakuan) yang baik. Bila pun kalian tidak menyukai (sebagian dari prilaku) mereka, maka boleh jadi kalian tengah membenci satu hal, sementara Allah menjadikan pada apa yang tak disuka itu kebaikan yang melimpah
Rasulullah Saw berwasiat kepada para laki – laki :
“…Dan berwasiatlah kalian kepada para istri ( dengan baik dan lembut), karena perempuan tercipta dari tulang rusuk. Sungguh, yang paling bengkok dari tulang rusuk ialah bagian atasnya. Bila engkau coba meluruskannya maka engkau (berpotensi) mematahkannya. Bila pun membiarkannya maka akan tetap ia akan bengkok. (Karena itu), berwasiatlah kalian kepada para istri dengan baik (dan lembut)” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Selain memberi perumpamaan seperti tulang rusuk yang bengkok Nabi juga menyamakan seperti kaca.
Dalam hadist lain Rasulullah Saw juga bersabda :
“Sebaik – baik kalian adalah yang orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan Aku orang yang paling baik bagi keluargaku” (HR. At Tirmidzi )
Ya, itulah ukuran laki-laki terbaik menurut Rasulullah Saw yaitu yang paling baik pada keluarganya. Nah,buat Kamu laki – laki jomblo coba evaluasi bagaimana hubungan dengan keluarga terdekatmu saat ini ? Sudahkah hubunganmu dengan keluargamu baik ? Jika belum segeralah perbaiki.
Kedua : Memiliki Kemampuan Memberi Nafkah
Peran penting yang kedua seorang suami adalah memberi nafkah, memenuhi nafkah lahir istrinya.
Untuk nafkah lahir acuannya ada di surah An – Nissa ayat 34
“Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”
Lihat ayat yang saya tebalkan sebagian itu sebuah pesan bagi para laki-laki agar tidak menyerahkan semua penghasilannya pada istrinya. Tapi yang diberikan sebagian sesuai kebutuhan istri, karena ini juga akan menjadi penguat posisi suami sebagai pemimpin.
Banyak yang terjadi di masyarakat saat ini adalah suami setor 100% penghasilan pada istri lalu suami malah minta “uang jajan” lagi pada istrinya, anak minta uang jajan pada istri. Sehingga pesan yang dibaca oleh anak – anak di keluarga tersebut yang memegang uang adalah ibunya, dan secara tidak sadar juga anak – anak membaca pesan tersirat yang memimpin adalah Ibu.
Dan, ketika uang dikendalikan sepenuhnya oleh istri maka ketika ada kebutuhan dari anak si anak minta tentu ke Ibunya bukan ke Ayahnya. Guru Kami Ustadz Adriano Rusfi menyampaikan bahwa Kekuatan laki-laki itu ada di dompetnya . Momen ketika anak punya kebutuhan dan minta uang pada Ayahnya itu adalah momen spesial untuk menunjukkan ke anak bahwa di keluarga tersebut Ayahnya yang menjadi pemimpinnya, Ayahnya yang memegang kendali. Dan, bagi Ayah momen ketika anak minta uang adalah kesempatan Ayah untuk menjalin ikatan hati dengan anak, memberikan nasihat dan petuah – petuah hidup pada anak.
Soal keuangan ini Saya pernah bertanya lansung pada Guru Kami Ustadz Budi Ashari , pertanyaan yang Saya ajukan “Apa ukuran kebutuhan nafkah yang diberikan pada istri ustadz ?”
Ustadz Budi menjawab “Yang paling utama, paling wajib dipenuhi oleh suami tentu adalah kebutuhan pokok istrinya. Yang masuk kebutuhan pokok adalah makan, pakaian dan tempat tinggal. Namun ketika ada rezeki lebih barulah diberi uang jajan untuk kebutuhan sekunder semisal kecantikan, perhiasan, hiburan dan seterusnya” . Namun suami yang baik tentu akan berusaha memberikan yang terbaik pada istri dan anak – anaknya.
Memenuhi kebutuhan pokok ini adalah kewajiban suami dan hak istri. Jika suami lalai memberi dalam memberikan kebutuhan pokoknya istri boleh menuntut pada suami.
Ibaratnya sebuah perusahaan suami adalah direktur utama, istri adalah manager. Karena kebutuhan keluarga istri yang lebih tau maka istri membuat daftar apa saja yang dibutuhkan oleh keluarganya selama 1 bulan misalnya, lalu daftar tersebut diajukan pada suami. Suamilah yang memutuskan mana yang disetujui dan mana yang tidak disetujui.
Kalau suaminya ridho dan ikhlas istri yang mengelola semua keuangan gimana ? Suami ridho menyerahkan semua keuangan pada istrinya ?
Mau ridho, mau ikhlas apapun alasannya tetap suami yang memegang kendalinya. Alasan pertama karena memang syariatnya yang disuruh nafkahkan adalah sebagiannya bukan semuanya dan hikmahnya ini akan menjaga maruah kepemimpinan suami dihadapan istri dan anak – anaknya.
Lalu nafkah selanjutnnya adalah nafkah batin, yaitu hubungan seksual. Ini juga adalah hak istri dan suami wajib memberikannya dengan baik. Untuk hal ini kita akan bahas secara lebih detail di bagian khusus nantinya.
Ketiga : Suami adalah Nahkhoda Keluarga
Suami sebagai nakhoda keluarga maksudnya adalah suami yang menetapkan dan menentukan kemana arah dan tujuan keluarga ini akan dibawa.
Dengan kata lain peran suami adalah menentukan visi dan misi keluarga. Bersama istri menetapkan apa misi keluarganya, menyusun langkah – langkah apa yang akan dilakukan oleh setiap anggota keluarga ke depannya. Tentunya akan lebih mudah jika sebelum menikah sudah antara suami dan istri memiliki visi dan misi yang sama, jadi setelah menikah tinggal dilanjutkan.
Namun jika sebelumnya belum punya visi dan misi tentu bisa dibicarakan bersama di masa – masa awal pernikahan.
Sebagai panduannya sahabat bisa baca kembali materi yang pernah Kami bagikan sebelumnya yaitu menentukan misi dan dream building.
Keempat : Suami penanggung jawab utama sebagai pendidik di keluarganya
Yang menjadi penanggung jawab utama pengasuhan anak adalah suami bukan istri. Istri adalah pelaksana harian pengasuhan di rumah. Tapi yang menetapkan tujuannya, membuat gambaran besarnya, mengevaluasi adalah tugas suami. Kalau yang banyak terjadi di masyarakat kita saat ini adalah pengasuhan dipegang oleh istri sementara Ayah fokus mencari nafkah saja, secara tidak lansung berlepas diri dari peran pengasuhan. Tugas suami tidak hanya bertanggung jawab pada pengasuhan anak – anaknya tapi juga mendidik istrinya.
Nah, inilah pentingnya bagi para istri untuk mencari suami yang memang agamanya baik dari awal. Jadi peran – peran seperti ini setelah menikah tinggal dijalani saja. Kalau misal menikah dengan laki-laki yang pemahaman agamanya kurang baik misal shalatnya saja masih bolong – bolong tentu ini akan jadi PR lagi bagi istri untuk mengajak suaminya memperbaiki ibadah dan agamanya.
Bagi laki-lakipun begitu, pilihlah istri yang memang agamanya sudah baik dari awal. Kalau istilahnya ustadz felix siauw Pilih yang sudah dibina untuk dibini kalau sebaliknya, misal dibini dulu baru dibina tentu akan menjadi PR besar bagi suami.
Kelima : Suami sebagai konsultan bagi istri dan anaknya
Suami sebagai konsultan maksudnya adalah suami tempat mengadu, tempat mengeluh, tempat mencari solusi bagi istri dan anak – anaknya. Maka keahlian yang mesti dikuasai oleh para suami adalah Mendengar , terdengar mudah memang tapi sulit untuk diaplikasikan karena secara egonya laki-laki banyak yang hanya ingin didengar tapi enggan untuk mendengar. Ini penting untuk para laki-laki, karena wanita menurut penelitian butuh bicara lebih dari 2000 kata dalam satu hari. Jika kata – kata ini tidak didengarkan dengan baik oleh suaminya tentu akan keluar lewat cara lain seperti mengomel dan memarahi anaknya atau malah ia bicara pada telinga lain, jadi berbahaya jika telinga lain itu adalah laki – laki yang bukan mahramnya.
Tidak hanya sekedar mendengar, layaknya konsultan laki-laki juga mampu memberi solusi, memberi kata – kata penguat, yang melegakan hati pasangannya. Jika seorang laki-laki berhasil menjadi konsultan bagi keluarganya maka dia akan menjadi suami yang dirindukan, menjadi ayah yang diidolakan oleh anak – anaknya.
Hari ini banyak kita lihat pergaulan bebas, kecanduan narkoba, tawuran serta kenakalan remaja lainnya terjadi bukan karena si anak salah gaul tetapi karena anak tidak diasuh dengan baik oleh orangtuanya. Anak kehilangan tempat berkeluh kesah, anak tidak punya tempat curhat, anak tidak punya orang spesial yang mau mendengarkan suara hatinya serta mau bicara dari hati ke hati dengannya. Ketika anak tidak mendapatkan itu semua di rumah dan mendapatkannya di luar maka orang yang memberikannya di luar sangat berharga dan istimewa baginya. Dan dia akan memberikan atau melakukan apapun untuk orang – orang di luar sana yang terasa sangat berarti baginya.
Kelima : Sebagai raja tega
Peran sebagai raja tega ini dalam hal mengasuh anak. Dalam menjalankan peran sebagai Ayah. Ayahlah yang mendidik anak untuk tegar, berani, tegas dan tidak cengeng. Ayah yang mendidik anak dengan ketegasan yang mendewasakan anak, bukan kekerasan.
Ayah yang memunculkan keberanian anak. Sebagai contoh, anak bersama Ayah melakukan hal – hal yang ekstrim misal naik gunung, menyelam, mendidik kemandirian anak laki-laki dan sejenisnya. Tega disini maksudnya adalah siap memarkan anak, melatih mental anak agar memiliki kepribadian yang kuat.
Keenam : Berprasangka baik pada istrinya
Inilah yang terakhir dan juga cukup penting yaitu prasangka baik pada istri. Kalau dia sudah memilih seorang wanita untuk dinikahinya maka tentu dia mesti berprasangka baik pada wanita yang telah menjadi istrinya tersebut. Salah satu indikator prasangka baik pada istri adalah tidak mengungkit – ungkit masa lalunya, tidak curigaan pada istrinya dan jika memang istrinya memiliki kekurangan dalam berbagai hal maka ia berprasangka baik kalau suatu saat istrinya bisa berubah menjadi lebih baik.
Demikian materi malam ini, selamat menikmati. Kalau ada pertanyaan yuk kita diskusikan di grup.