Materi 25 : Parenting Nabawiyah part 2

Parenting Nabawiyah Part 2

Bismillah,.

Sahabat semua, malam ini kita belajar materi lanjutan Parenting Nabawiyah ya, melanjutkan materi yang kemaren.

1. Memulai Penerapan Parenting Nabawiyah

Suatu ketika ada seorang bapak yang menghadap Amirul mukminin ‘Umar Ibnul Khattab. Ia mengeluhkan sikap anaknya yang selalu berkata kasar kepadanya dan sering kali memukulnya. Maka ‘Umar pun memanggil anak itu dan memarahinya.

“Celakalah kamu! Tidakkah kamu tahu bahwa durhaka kepada orang tua adalah dosa besar yang mengundang murka Allah ? Bentak ‘Umar.

“Tunggu dulu wahai Amirul Mukminin, jangkau engkau tergesa-gesa mengadiliku. Jikalau seorang ayah memang memiliki hak terhadap anaknya, bukankah si anak juga punya hak terhadap ayahnya? Tanya sang anak.

“Benar…” jawab ‘Umar

“Lantas…apakah hak anak terhadap ayahnya tadi ?” Lanjut sang anak.

“Ada tiga…” jawab ‘Umar. “Pertama, hendaklah ia memilih caon ibu yang baik bagi puteri dan puteranya. Kedua, hendaklah ia menamainya dengan nama yang baik. Dan ketiga, hendaklah ia mengajarinya menghafal Al-qur’an.

Maka sang anak berkata, “Ketahuilah wahai Amirul mukminin, ayahku tak pernah melakukan satu pun dari tiga hal tersebut. Ia tidak memilih calon ibu yang baik bagiku. Ibuku adalah hamba sahaya buruk berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga dua dirham, lalu malamnya ia gauli sehingga ia hamil mengandungku ! Setelah aku lahir ayah menamaiku Jua’al (sejenis kumbang), dan ia tak pernah mengajariku menghafal Al-qur’an walau satu ayat!”

“Pergi sana…! engkaulah yang mendurhakainya sewaktu kecil, pantaslah kalau ia durhaka kepadamu sekarang. Bentak ‘Umar kepada ayahnya.

Kisah yang kami sadur dari buku Ibunda para ulama karya Sufyan Fuad Baswedan diatas secara tidak lansung menyiratkan pesan dari mana awalnya parenting Nabawiyah bermula. Yaitu memilihkan ibu terbaik untuk anak-anak, ibu yang shaleha, memiliki kecintaan pada Allah dan Rasulnya.

Kesuksesan parenting nabawiyah bermula dari keluarga yang kokoh yang ditopang oleh ayah dan ibu yang taat pada Allah Swt. Sementara membangun keluarga yang kokoh, rumah tangga yang selalu mengutamakan ketaatan pada Allah Swt berawal dari memilih calon pasangan terbaik, dalam hal ini lebih menjurus untuk kaum laki-laki agar memilih wanita shaleha sebagai istrinya.

Ibu adalah guru pertama dan yang utama bagi anak-anaknya, pepatah arab menyebutkan bahwa ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya. Terkait hal ini Rasulullah Saw pun bersabda “Pilihlah untuk sperma kalian tempat-tempat yang baik” .

Setelah memilih wanita terbaik nan shaleha dan bertakwa, juga menjadi sebuah kewajiban bagi setiap muslimah memastikan calon suami dan calon ayah bagi anak-anaknya adalah laki-laki yang bertakwa, taat dan memiliki komitmen keislaman yang tinggi.

Pada tahapan selanjutnya proses parenting nabawiyah adalah saat suami memastikan setiap butir makanan dan setiap tetes minuman yang masuk ke dalam perut keluarganya berasal dari nafkah yang halal, harta yang halal. Kehalalan harta ini juga akan menjadi kunci suksesnya parenting Nabawiyah.

Setelah itu proses parenting nabawiyah dilanjutkan dengan membangun rumah tangga yang barakah, menjalani kehamilan hingga melahirkan anak sesuai syariat Islam. Hingga menerapkan kaidah-kaidah parenting Nabawiyah dalam setiap tahapan perkembangan anak. Mendidik anak dengan metode parenting nabawiyah terbagi dalam beberapa tahapan di mulai dari tahapan pendidikan anak usia 0 – 3 tahun, pendidikan anak usia 4-10 tahun, pendidikan anak usia 10-14 tahun, pendidikan anak usia 15-18 tahun dan pendidikan anak usia pranikah. Setiap tahapan memiliki metode dan karakter pengajaran tersendiri. InsyaAllah pada bagian lain tulisan ini akan kita tuntaskan pembahasan masing-masing tahapan.

2. Hambatan Dalam Penerapan Parenting Nabawiyah

Siapakah penghambat terbesar dalam proses parenting nabawiyah ? Jawabannya adalah setan. Setan telah bersumpah untuk menjauhkan anak keturunan manusia dari jalan Allah, setan akan melakukan berbagai cara agar manusia menjadi ingkar dan sampai hari kiamat nanti setan tidak akan pernah berhenti mengusik manusia agar jauh dari ketaatan pada Allah dan Rasulnya sehingga pada akhirnya sama-sama tergelincir bersamanya ke jurang neraka.

“Dia Iblis berkata : “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas dirikku ? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil.” Allah berfirman : “Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya Neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka” (Q.s al-Isra’ : 62 – 64)

Seperti telah kita bahas pada bagian awal bahwa misi utama dari parenting nabawiyah adalah menyelamatkan anak dan keluarga dari panasnya api neraka. Setan hadir untuk menghambat itu, dengan berbagai macam cara untuk melalaikan manusia agar ingkar pada Allah Swt dan RasulNya. Setan hadir dalam bentuk tipu daya jabatan dan karir sehingga para orang tua lebih mengutamakan jabatan dan karir dibanding anaknya, setan muncul dalam rupa harta sehingga demi harta tak sedikit orang tua mengenyampingkan anaknya, setan muncul dalam bentuk kecintaan pada ilmu modern sehingga para orang tua mengabaikan pendidikan ala nabi lantaran dianggap sudah kuno dan tertinggal.

Dan, setan muncul dalam berbagai rupa lainnya untuk menipu dan melalaikan manusia.

3. Melahirkan Generasi Sukses Ala Parenting Nabawiyah

Parameter kesuksesan dari parenting Nabawiyah tidak hanya berorientasi pada dunia atau akhirat semata tapi menyeimbangkan keduanya. Sukses di dunia begitu juga hingga akhiratnya. Sejarah telah membuktikan parenting Nabawiyah telah berhasil mencetak generasi emas di masanya. Sejak di zaman Rasulullah yang telah melahirkan Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Mus’ab bin Umair. Dilanjutkan dengan kelahiran ulama-ulama besar dan tokoh-tokoh muslim terhebat di masanya seperti Imam Asy Syafi’i, Muhammad Al Fatih, Ibnu Sina, Al Khawarizmi dan banyak lagi yang lainnya.

4. Hadiah Terindah untuk Para Orang Tua yang Mengamalkan Parenting Nabawiyah

Mendidik anak dengan parenting Nabawiyah memanglah tak mudah, berat, membutuhkan energi lebih bahkan pengorbanan dalam melakukannya. Tapi, dibalik itu semua Allah telah siapkan hadiah terindah bagi orang tua yang mendidik anaknya menjadi anak yang saleh dan saleha. Diantaranya adalah do’a anak yang shaleh akan tetap menyertai orang tuanya meskipun orang tua sudah meninggal di dunia.

Rasulullah Saw bersabda :

“Apabila seseorang meninggal dunia, terputuslah seluruh amal perbuatannya selain dari tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya. (H.R Muslim dan Abu Hurairah)

Sementara di hadist lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abu Darda’ ia berkata :

Kami sebutkan kepada Rasulullah Saw tentang tambahan umur. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan memperlambat kematian seseorang apabila sudah datang ajalnya. Tambahan umur adalah Allah memberikan karunia kepada seorang hamba berupa anak-anak shaleh yang mendoakannya, sehingga do’a mereka dapat menyusul di kuburnya”

Orang tua yang berhasil melahirkan dan mendidik anaknya menjadi anak yang shaleh akan Allah angkat derajatnya setelah meninggal dunia sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhar dari Abu Hurairah.,

“Seorang diangkat derajatnya setelah dia meninggal dunia. Dia bertanya, “Wahai Tuhanku, apa ini?’ Dikatakan kepadanya, ‘Anakmu memohonkan ampunan untukmu.”

Mendidik anak menjadi shaleh dan shaleha sesuai petunjuk nabi ibarat seorang petani yang menabur benihnya di ladang. Suatu saat ketika benihnya tumbuh, berbuah dan panen yang akan menikmati kembali adalah orang tuanya juga.

Demikian materi Parenting Nabawiyah, semoga bermanfaat bagi sahabat semua sebagai bekal dalam mendidik anak kelak.

error: Content is protected !!