Tentang Mindset Mindset
Bismillah,.
Halo sahabat semua, kita lanjut pembelajaran hari ini ya. Kalau dari materi sebelumnya kita belajar tentang Kenapa Allah menciptakan saya dan kita sudah menemukan jawabannya, ada 4 tujuan Allah menciptakan kita :
1. Untuk beribadah pada Allah dengan output utamanya adalah menjalankan ibadah yang Allah perintahkan baik yang wajib maupun sunnah dengan cara yang terbaik. Serta menjadikan setiap aktivitas kita sehari-hari sebagai sarana ibadah pada Allah Swt
2. Untuk menjadi Khalifah outputnya adalah memahami bahwa setiap kita adalah pemimpin. Menyadari kalau kita adalah istimewa dan makhluk Allah yang spesial. Sampai Allah pun menyebut kita sebagai “Khalifah” dalam obrolannya di hadapan para malaikat.
3. Untuk memakmurkan bumi yang outputnya adalah kita memiliki karya atau aktivitas yang dengan itu turut serta menjadikan bumi menjadi lebih baik.
4. Untuk beramal shaleh outputnya adalah berlomba-lomba melakukan amal terbaik baik itu amal dalam bentuk ibadah maupun aktivitas kehidupan. Dengan menyadari hal ini mudah-mudahan kita menjadi pribadi yang memiliki prestasi di dunia, dan juga akhirat.
Kurang lebih demikian 4 hal alasan kenapa kita diciptakan. Nah, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah Bagaimana kita menjalani 4 peran itu semaksimal dan sebaik mungkin ?
Itulah goal utama dari materi pembelajaran konsep diri. Meningkatkan kualitas diri kita, menjadikan diri kita jadi pribadi yang selalu belajar dan bertumbuh.
Bismillah, saat ini kita akan belajar Memiliki Mindset yang benar
Sebelum kita mempelajarinya lebih lanjut tentang mindset, tentu pertama-pertama harus paham dulu apa itu mindset ? Bagi sahabat yang sudah tau mudah-mudahan materi ini bisa jadi pengayaan ya, pengulangan agar lebih paham lagi.
Mindset adalah pola pikir, cara pandang dalam melihat atau memahami segala sesuatu dalam hidup ini
Mindset memang bukanlah segala-galanya, tapi mindset adalah titik awal dari banyak hal dalam hidup ini. Karena dari mindset inilah yang secara kita sadari atau tidak menggerakkan kesadaran, perasaan, sikap dan prilaku.
Sebagai contoh ketika Kamu memiliki mindset (pola pikir) bahwa menemukan jodoh itu hanya bisa lewat pacaran maka secara tidak lansung Kamu akan bergerak, bersikap dan berprilaku dan berusaha agar bisa melakukan yang namanya pacaran. Apabila ini terus menerus dipupuk, dilakukan lama-lama akan menjadi keyakinan.
Dalam kasus pacaran misalnya ketika Kami menghadirkan buku pertama di awal 2015 berjudul Indahnya Menikah Tanpa Pacaran itu sangat banyak yang membantah dan menolak. Muncul kalimat – kalimat semisal :
Kenapa banyak yang membantah demikian ? Karena selama ini mindset banyak orang adalah menikah itu ya lewat pacaran. Bahkan di kelas online taaruf sendiri banyak peserta yang mengeluhkan kalau orangtua mereka malah menyuruh mereka pacaran agar dapat jodoh.
Kalau itu contoh mindset dalam kasus menemukan jodoh lewat pacaran, dalam hal lain juga banyak contoh – contoh mindset yang menjadi keyakinan seseorang (disadari atau tidak)
Nah itu di atas kan mindset yang jelek, berikut Kami berikan juga contoh mindset yang bagus.
Carol S. Dweck Ph.d salah seorang pakar mindset dari amerika sono membagi mindset (pola pikir manusia ini) menjadi dua jenis :
Pertama : Fixed Mindset
Fixed mindset atau mindset tetap adalah orang yang memiliki cara pandang atau pola pikir tetap. Orang – orang memiliki Fixed mindset cenderung akan sangat sulit berubah, sulit menerima masukan, sulit meyakini kalau dirinya bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dia merasa kalau dirinya ya memang seperti itu adanya. Kalau dalam percintaan biasanya orang dengan fixed mindset ini selalu mengatakan Cinta sejati itu menerima apa adanya , bagi dia orang yang mencintainya yang bisa menerima dirinya apa adanya. Ini indikator dia menyadari dirinya memiliki banyak kekurangan namun meyakini juga kalau kekurangan itu adalah takdir dan tidak bisa diubah sama sekali.
Kedua : Growth Mindset
Growth mindset atau mindset tumbuh adalah orang yang memiliki cara pandang bertumbuh, meyakini kalau segala dirinya bisa berubah menjadi lebih baik. Orang – orang dengan growth mindset adalah orang yang mau membuka diri, membuka pikiran, mau belajar, mau mendengarkan hal baru. Dan, saya yakin sahabat yang mengikuti program ini lebih cenderung adalah orang-orang yang memiliki growth mindset. Mindset ingin bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Kalau di Fixed mindset slogannya cinta itu menerima apa adanya maka orang dengan pemikiran growth mindset berpikiran cinta adalah memberikan yang terbaik bagi orang yang yang dicintainya
Sebagai contoh, saya ingin membuka rahasia sedikit tentang kisah Kami awal-awal pernikahan. Ummu Ghazi dulu bukanlah orang yang jago masak, meskipun beliau dari latar keluarga pengusaha kuliner. Saya sebagai suami tidak pernah menuntut beliau bisa atau bahkan jago masak, dalam proses taarufpun bisa masak atau tidak, tidak masuk bahasan Kami. Karena Saya nggak terlalu mikirin soal masak, toh Saya juga bisa masak masakan sederhana semisal bikin sambal, goreng ayam ataupun gulai.
Namun menariknya Ummu Ghazi berusaha untuk bisa belajar masak, dulu ketika awal-awal masak untuk masak sambal Saya selalu dampingi agar sambalnya sesuai standar saya hehe. Karena bagi Saya sambal adalah nomor 1 bahkan melebihi lauk, jadi yang penting enak itu ya sambalnya. Hari demi haripun Ummu Ghazi berusaha belajar masak, singkat cerita hari ini masakannya jauh di atas harapan Saya.
Kalau seandainya Ummu Ghazi punya Fixed mindset tentu beliau cukup beliau ke Saya “Kamu cinta Saya ? Kalau cinta terima saya apa adanya. Saya nggak bisa masak” .
Sampai disini kebayang ya perbedaan dari fixed mindset dan growth mindset. Harapan Saya teman-teman semua bisa mempertahankan growth mindsetnya. Selalu bisa bertumbuh, selalu mau belajar
Kalau dibagian awal kita belajar tentang apa itu mindset, maka di bagian ini kita akan mengenali penyebab terbentuknya mindset : Ada 4 Hal yang menyebabkan terbentuknya mindset kita :
Pertama : Di install oleh orangtua kita
Pada awalnya kita terlahir ke dunia dalam keadaan bersih, sesuai dengan fitrahnya. Namun orangtua kitalah yang akhirnya membentuk pola pikir kita. Ibaratnya ponsel yang baru dibeli kita memiliki program yang memang sudah bawaan atau sering juga disebut fitrah. Dan orangtua juga menginstall program – program dalam diri kita atau bahkan seringnya menginstal virus secara tidak sengaja.
Hal inilah yang pada akhirnya membentuk cara pikir (mindset), sistem keyakinan, hingga sikap dan tindakan yang diambil dalam kehidupan ini. Karena installan program dalam diri kita berbeda-beda makanya kita dengan teman kita berbeda – beda juga dalam mengambil keputusan, dalam bersikap, dalam merespon sesuatu dan banyak hal lainnya.
Makanya kalau Kamu punya teman biasanya Kamu akan menemukan karakter dan cara pandang mereka yang berbeda-beda. Ada yang baperan, ada yang pelit, ada yang mudah tersinggung, tapi ada juga yang baik banget, selalu ceria, selalu bahagia dst.
Kedua : Lingkungan Pergaulan
Hal penting pembentuk mindset yang kedua adalah lingkungan atau pergaulan. Kalau Nabi bilang bergaul dengan tukang minyak wangi akan kecipratan wanginya dan bergaul dengan tukang besi akan kena asap (debunya).
Ketiga : Idola
Yang ketiga yang sangat penting juga dalam pembentukan mindset adalah idola, seseorang yang sangat Kamu sukai , cintai atau bahkan Kamu jadi fansnya. Biasanya kalau generasi jaman now hal ini berawal dari film yang ditonton atau musik yang sering didengar.
Jadi, berhati-hatilah dalam memilih tontonan atau bahkan memilih musik yang didengar. Karena secara disadari atau tidak hal ini akan membentuk mindset kita. Selain itu idola ini juga bisa terbentuk dari akun – akun sosial media yang Kamu follow. Selebgram yang Kamu ikut dan Kamu jadi fansnya.
Sebagai contoh akhir-akhir ini muncul sebuah keyakinan bahwa ada yang namanya Cinta dalam doa , ketika mencintai seseorang lalu diam-diam mendoakannya. Menyebut namanya dalam doa, nggak tanggung-tanggung bahkan dalam setiap shalat lima waktu sehari semalam dan juga dalam tahajud.
Ketika Saya telusuri ternyata hal ini berawal dari socmed, entah siapa yang memulai yang pasti pada akhirnya ini banyak diamini dan diikuti oleh banyak jomblowan dan jomblowati. Tapi apakah menyebut nama seseorang dalam doa dan berharap secara diam-diam ini baik ? Ternyata selain memang hal ini tidak diajarkan dalam Islam (setidaknya Saya belum menemukan kisah atau dalilnya) , menyebut nama seseorang dalam doa berpotensi menjadikan seseorang tersebut makin galau, makin cinta sama orang dan jadinya makin berharap sama seseorang yang disebut namanya itu. Bagaimana tidak, ketika Kamu menyebut nama seseorang berulang – berulang tentu secara tidak disadari nama itu makin melekat di hati, diperasaan dan fikiranmu.
Dan, jika seandainya Kamu tidak Allah takdirkan bersama dengannya maka kemungkinan yang terjadi adalah kecewa. Atau bahkan dalam kasus yang lebih berat sampai mengatakan Allah tidak mengabulkan doanya. Karena hal ini Kami selalu menyarankan berdoalah minta dipertemukan dengan jodoh yang terbaik menurut Allah, pasrahkan saja pada Allah. Karena Allah maha tahu siapa yang terbaik untukmu.
Keempat : Self Talk
Self talk ini salah satu istilah dalam pengembangan diri, artinya kurang lebih bicara ke diri sendiri. Bagaimana kita melihat dan menganggap diri kita. Apakah kita melihat kita sebagai remah rengginang yang bukan siapa-siapa, melihat diri kita jelek, dari keluarga serba kekurangan atau malah melihat diri kita dengan penuh percaya diri.
Bagaimana cara kita melihat diri kita akan sangat berpengaruh pada seperti apa mindset kita.
Kurang lebih itulah 4 hal yang membentuk mindset kita.
Bagian terakhir dalam materi ini adalah cara mengubah mindset, bagaimana cara mengubah mindset kita ? Sederhana, ubah 4 hal penyebab diatas :
– Pertama : Kenali pola pengasuhan dari orangtua kita dulu bagaimana, temukan yang baik untuk dilanjutkan dan yang buruk untuk dibuang. (InsyaAllah ini akan dibahas lebih mendalam besok)
– Kedua : Ubah lingkungan pergaulan. Saya sangat menyarankan sahabat semua untuk mencari komunitas-komunitas positive entah itu online maupun offline. Salah satu manfaat ikut komunitas adalah bisa saling mendukung. Harapan Saya ketika teman-teman ikut program ini, Saya buatkan grupnya bisa saling akrab, saling kenalan dan saling mendukung diantara anggota grup.
– Ketiga : Temukan idola yang memang pantas diidolakan
Siapa yang paling pantas diidolakan ? Tentunya Rasulullah Saw, para sahabat dan juga para shahabiyah Nabi. Saran Kami mulai saat ini sahabat coba cari sirah nabawiyah (buku kisah hidupnya Rasulullah Saw), sirah sahabat (kisah hidup para sahabat Nabi) dan juga buku sirah Shahabiyah (kisah hidup para shahabiyah Nabi). Baca dan telusuri bagaimana kisah-kisah mereka, InsyaAllah sahabat semua akan menemukan mutiara – mutiara berharga dari dalam kisah perjalanan hidup mereka.
– Keempat : Ubah self talk menjadi lebih positive
Kunci bisa mengubah self talk menjadi positive adalah bersyukur. Dengan bersyukur Kamu akan fokus pada kelebihan yang Allah berikan padamu dibanding pada kekurangan. Contoh saat ini misalnya Kamu belum menikah. Mungkin Kamu menganggap belum menikah itu sebuah kekurangan, agar lebih bersyukur coba juga lihat kondisi hidupmu yang lain. Memang Kamu belum ketemu jodoh tapi Allah beri karir yang bagus, syukuri itu. Memang belum menikah tapi Allah beri kesehatan syukuri itu. Memang Kamu belum menikah tapi Allah beri keluarga yang utuh dan harmonis syukuri itu.
Kurang lebih demikian materinya. Tugasnya adalah :