Materi 21 : Antara Cinta dan Bahagia 1

Antara Cinta dan Bahagia dalam Pernikahan

Bismillah,.

Selamat malam sahabat semua apa kabar ? Semoga selalu semangat ya, dan harapan Saya materi Pondasi Utama Hubungan Suami Istri sudah dibaca dan dipahami. Bagi yang sudah menikah mudah – mudahan materi tersebut bisa menjadi bahan diskusi dengan pasangannya. Evaluasi kembali selama ini bagaimana pola hubungan suami istrinya, lalu perbaiki dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.

Malam ini kita akan belajar tentang materi yang juga cukup penting, lebih khususnya untuk memperbaiki mindset kita tentang pernikahan. Yaitu tentang cinta dan bahagia dalam pernikahan.

Apa hubungannya ?

Begini, Saya yakin banyak diantara sahabat semua memiliki cita – cita ingin menikah dengan orang yang dicintai lalu harapannya setelah menikah dengan orang yang dicintai bisa merasakan kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan. Dengan keyakinan seperti ini makanya banyak orang yang lebih memilih menikah lewat pacaran karena mindsetnya kalau orang yang pacaran itu sudah saling mencintai sementara yang meragukan taaruf menganggap taaruf itu sama dengan menikah dengan orang yang tidak atau belum kita cintai.

Kekhawatiran mereka akan taaruf biasanya takut menikah dengan orang yang tidak cintai lalu akhirnya pernikahannya tidak bahagia.

Apakah realitanya orang yang menikah dimulai dengan pacaran, yang saling cinta pernikahannya lebih bahagia dan lebih damai ? Ternyata tidak juga, karena tidak sedikit juga ternyata orang yang menikah lewat pacaran mengeluh pasangan hidupnya berubah setelah menikah, tidak lagi sebaik dan seromantis saat pacaran , yang benar bukan pasangannya berubah tapi pasangannya sudah menunjukkan karakter aslinya yang saat pacaran karakter aslinya itu ditutupi oleh topeng – topeng pencitraan atas nama cinta

Sementara orang yang menikah lewat jalan taaruf juga ada pernikahannya konflik, dan bermasalah.

Pertanyaan selanjutnya yang juga penting ditanyakan adalah kenapa bertemu dengan orang yang seperti itu ? Orang yang salah dan tidak sesuai harapan ? Jawaban sederhananya adalah Karena dirinya juga begitu . Jodoh kita adalah cerminan diri kita, kita hanya akan menarik orang – orang yang memiliki energi dan frekuensi yang sama dengan diri kita. Jangankan soal jodoh, soal sahabat terdekat saja, coba saja teman – teman cek. Lihat sahabat terdekatnya kemungkinan besarnya kepribadiannya sama atau mirip dengan diri sahabat.

Jadi kunci utamanya adalah kalau ingin dapat jodoh terbaik usahakan dulu diri kita menjadi pribadi yang baik, menikah dengan taaruf sebagai salah satu ikhtiar mengenali calon pasangan hidup dengan benar dan juga jalan menikah dengan cara yang Allah ridhoi.

Kalau lewat pacaran tentu ada maksiatnya, maksiat paling sederhananya zina hati, zina mata hingga kalau sering bertemu jadi bisa malah bersentuhan dan seterusnya.

Cinta dan Bahagia dalam Pernikahan

Sekarang kita akan bahas cinta dan bahagia dalam pernikahan. Sebelum membahasnya lebih jauh kita perlu menyamakan persepsi dulu tentang Apa itu defenisi cinta dan bahagia

Beberapa waktu yang lalu kita pernah diskusikan tentang bahagia, banyak yang menjawab kalau defenisi bahagia itu adalah kesenangan, sesuatu yang menyenangkan. Tidak hanya di kelas online ini, di luar sana memang orang – orang banyak mendefenisikan bahwa bahagia itu ya senang dan menyenangkan.

Kalau dibawa ke dalam kehidupan pernikahan yang dibayangkan banyak orang Pernikahan yang bahagia adalah pernikahan yang selalu menyenangkan, suami menyayangi istri romantis pada istri, saling memahami dan saling mengerti. Begitu juga istri menyenangkan suami, baik pada suami, melayani suami bak bidadari

Ketika yang dipahami pernikahan yang bahagia itu yang menyenangkan dalam memilih jodohpun mengutamakan hal – hal yang menyenangkan seperti cantik, ganteng, tampan, gagah, kaya, punya mobil mewah dan rumah megah.

Ketika memahami pernikahan yang bahagia itu menyenangkan maka yang dibayangkan sebagai pernikahan bahagia adalah kehidupan pernikahan yang jalan – jalan, foto – foto romantis, saling mengucapkan kata – kata yang puitis dan sejenisnya.

Adakah pernikahan yang demikian ? Ada, dan itu adanya di drama atau film hehe.

Dan, memang selama ini film, sinetron, drama secara tidak lansung mengajarkan banyak orang bahwa kebahagiaan itu adalah kesenangan.

Apakah bahagia itu kesenangan ? Nah ini yang perlu dipahami. Bahwa BAHAGIA ITU BUKAN KESANGAN. Senang itu bagian dari emosi sama halnya dengan kesedihan, marah, kesal dan seterusnya.

Sementara bahagia bukanlah emosi. Banyak orang sulit bahagia karena salah dalam memahami bahagia itu sendiri, menganggap kalau bahagia itu adalah sesuatu yang menyenangkan.

Pernikahan bahagia adalah pernikahan yang menyenangkan, jadinya ketika merasa pernikahannya tidak menyenangkan dia menganggap tidak bahagia. Pasangan yang membahagiakan adalah yang bisa menyenangkan. Dan pemahaman bahwa pernikahan yang bahagia (menyenangkan) hanya bisa diwujudkan jika hidup bersama orang yang sudah saling cinta sejak awal pernikahan.

Lalu apa itu bahagia ?

Bahagia adalah tingkat kesadaran dalam MEMAKNAI (MEMBERI ARTI) segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita dengan makna / arti yang memberdayakan

Lihat kata yang semuanya huruf kapital yaitu MEMAKNAI (MEMBERI ARTI) inilah kunci utamanya.

Sebagai contoh ketika Kamu taaruf dengan si A, sudah tukar biodata, sudah nadhor, sudah mau khitbah eh sehari sebelum khitbah si A malah membatalkan untuk khitbah. Lalu beberapa waktu kemudian si A malah menikah dengan orang lain.

Pokok permasalahannya sebenarnya bukan tentang si A yang tidak jadi mengkhitbahmu dan si A menikah dengan orang lain. Tapi masalah utamanya adalah bagaimana Kamu MEMAKNAI (MEMBERI ARTI) peristiwa tersebut.

Mungkin Kamu memberi arti bahwa peristiwa tersebut adalah sebuah pengkhianatan, merasa Kamu dikhianati si A. Mungkin juga Kamu memberi arti atau memaknainya sebagai sebuah kegagalan. Kamu merasa gagal menikah.

Lalu akhirnya trauma, kecewa berkepanjangan, patah hati dan tidak mau buka hati lagi dengan alasan takut kejadian lagi hal serupa. Nah, pertanyaannya ketika Kamu memberi arti seperti itu apakah hal itu jadi memberdayakan dan bermanfaat untuk dirimu ? Tentunya tidak kan.

Tapi, disisi lain Kamu juga bisa memberi arti dan memaknai peristiwa tersebut sebagai sebuah kebaikan. Kamu memahami Kamu bukan gagal menikah tapi hanya saja belum menemukan jodoh yang cocok menurut Allah. Kamu memahami itu bukan sebuah pengkhiatanan tapi sebagai tanda / petunjuk dari Allah kalau si A bukanlah jodoh terbaik untukmu sehingga Allah tetapkan dia tidak jadi denganmu tapi dengan orang lain.

Terlihat kan bedanya ketika kita memberi arti atau makna yang berbeda dalam setiap kejadian dalam hidup kita. Dan, memang realitanya ketika kita memberi makna atau arti yang positive tidak serta merta membuat diri kita merasa lansung senang, plong, tentu ada saja rasa keberatan dan sejenisnya. Tetapi percayalah ketika kita melihatnya, memberi arti (makna) dengan kebaikan akan terasa lebih ringan menghadapinya. Dan, proses ini tentunya akan lebih mendewasakan kita.

Definisi bahagia diatas kalau dikaitkan dengan istilah yang ada dalam Islam sangat cocok dengan Barakah , barakah adalah ketika kita mampu bersyukur dalam nikmat yang Allah berikan dan bersabar ketika Allah beri ujian, selalu melihat kebaikan dalam setiap peristiwa. Ini memang ada tingkatan – tingkatannya. Dan, kata kuncinya Allah tidak menguji hambaNya kecuali sesuai dengan kesanggupan atau kemampuannya.

Dengan memberi arti dan makna kebaikan dalam setiap kejadian yang kita rasakan akan memberi pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Sebagai contoh mungkin ada yang pengalaman pacaran 5 – 10 tahun eh tiba – tiba malah ditinggal menikah, dan parahnya

pacarannya sudah kebablasan. Kejadian tentu akan dirasa sangat berat apalagi jika yang mengalaminya wanita. Tapi percayalah ketika diberi arti / makna positive akan memberikan pelajaran berharga.

Demikian kurang lebih tentang bahagia, mudah – mudahan bisa dipahami. Lalu bahasan selanjutnya adalah pernikahan yang bahagia seperti apa ?

Tentunya pernikahan yang bahagia adalah pernikahan yang bisa memberi arti dan makna yang memberdayakan terhadap kondisi pasangan dan kondisi pernikahannya

Sebelum menikah memang sangat disarankan lihat calon pasangan kita sedetail-detailnya, buka mata selebar – lebarnya melihat diri calon. Makanya dalam proses taaruf proses perkenalannya berlapis. Mulai dari tukar biodata, nadhor dan saling bertanya saat nadhor, melakukan penjajakan dengan mencari tau tentang pasangan dari orang lain, musyawarah dengan keluarga dan minta pendapat orang – orang shaleh dan terakhir istikharah.

Tapi setelah menikah ketika sudah sah, maka yang sangat penting dilakukan adalah Berani melihat pasangan apa adanya , lihat kelebihannya dan juga kekurangannya. Dan yang lebih penting juga berusaha memperbaiki kekurangan yang dimiliki dan juga kekurangan yang dimiliki oleh pasangan. Berani melihat diri pasangan apa adanya bukan berarti setelah tau satu kekurangan dari diri pasangan lansung kecewa pada pasangan, menyalahkan pasangan, menghina pasangan, konflik lalu minta cerai. Tentu tidak begitu ya. Meskipun kebanyakan kehidupan pernikahan yang cerai  seperti itu. Tidak berani melihat kekurangan pasangan apa adanya dan tidak berani bisa merubah  diri dan pasangan, lebih tepatnya tidak punya pengetahuan tentang itu.

Sahabat semua, yang akan menikah maupun sudah menikah dari awal pernikahan perlu menyadari dan perlu memiliki mindset bahwa Kamu menikah dengan manusia bukan malaikat. Yang namanya manusia tentu punya kekurangan, dan punya masalah dalam dirinya. Yang mana masalah tersebut biasanya berasal dari luka batin di masa lalunya, dari innerchildnya, dari pola pengasuhan yang tidak tepat dari orangtuanya. Ingat – ingat lagi materi tentang Innerchild dan luka batin ya.

Maka sejak awal menikah siapkan dan sadar diri bahwa Kamu mungkin saja akan menemui masalah – masalah dalam rumah tanggamu. Dan siapkan diri memberikan arti terbaik pada setiap masalah tersebut. Berhentilah berkhayal kalau pernikahan itu adalah surga kehidupan, ketika menikah hidupmu akan menjadi lebih indah, lebih menyenangkan tapi pahamilah bahwa Pernikahan adalah naik kelasnya kita dalam kehidupan . Yang namanya naik kelas tentu akan bertambah juga tantangannya, naik juga ujiannya.

Kamu bisa bayangkan sendiri, saat sendiri mungkin Kamu hanya interaksi dengan Ayah ibu dan adik kakak kandungmu. Tapi setelah menikah Kamu akan berinteraksi dengan orang baru dalam hidupmu, tidak hanya suami / istrimu. Tapi juga ayah mertua, ibu mertua, kakak ipar, adik ipar. Makin banyak interaksinya tentu makin besar juga potensi konfliknya. Tentu Kamu bisa lihat dilingkungan terdekat banyak orang yang hubungan dengan mertuanya buruk, hubungan dengan orangtua sendiri buruk setelah menikah, musuhan dengan kakak atau adik ipar dan sebagainya. Maka untuk menghadapi itu semua dibutuhkan kesadaran dan kedewasaan serta kebijaksanaan dalam memberi arti dan memberi makna atas setiap kejadian yang terjadi.

Buat Kamu yang saat ini capek ditanyain “kapan menikah” percayalah setelah menikah nanti akan lebih banyak pertanyaan – pertanyaan serupa. Misalnya “Kapan punya anak ?” “Kapan punya rumah ?” , “Kapan anaknya jalan ?” . Belum lagi jika dibandingkan dengan kakak atau adik iparmu atau dengan menantu lainnya. “Lihat tuh Kakakmu sudah punya rumah kok Kamu belum ?” , “Lihat tuh anak Kakakmu sudah pintar ngomong, pintar jalan anakmu kok belum padahal seumuran kan ?”

Dan, banyak lagi pertanyaan – pertanyaan lainnya.

Jika kesendirian itu butuh kesabaran maka pernikahan butuh lebih banyak kesabaran lagi. Kalau dalam kesendirian saja Kamu sulit bersabar khawatirnya setelah menikah akan lebih sulit lagi bersabarnya. So, buat yang saat ini masih sendiri belajarlah memberi arti yang lebih baik terhadap kesendirianmu. Begitu juga untuk yang sudah menikah belajar memberi arti serta makna terhadap kejadian dan kondisi pernikahanmu.

Demikian materi malam ini ya. Selanjutnya yuk diskusi dan tanya jawab di grup. Dan, kita diskusikan Apa itu cinta? sebagai pemanasan untuk materi besok.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

error: Content is protected !!